Akhlak Seorang Teladan

Kamis, 09 Desember 2010
 بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ                                

Seorang ayah adalah teladan bagi istri dan anak-anaknya, seorang ibu adalah teladan dan guru pertama bagi anak-anaknya. Sebaik-baik teladan adalah yang terbaik akhlaknya. Bahkan Rasulullah diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia. Oleh karenanya tidak ada teladan yang lebih baik dari Rasulullah Shalallahu’alaihi wa salam. Maka barangsiapa yang meneladani Rasulullah niscaya ia akan menjadi teladan yang baik bagi umat manusia.

Rasulullah telah menjadi teladan para sahabatnya, serta menjadi panutan dalam melangkah dan mengarungi samudra yang dahsyat dengan gelombangnya. Ini merupakan sinyalemen keberhasilan mereka dalam mempraktikkan bimbingan Allah di dalam Al Qur’an.

 “Sungguh telah ada bagi kalian pada diri Rasulullah suri teladan yang baik bagi orang-orang yang berharap kepada Allah, hari akhir dan bagi orang yang banyak mengingat Allah.” (Al Ahzab: 21)

Dikatakan oleh Imam As Sa’dy dalam tafsirnya, “Suri teladan itu ada dua macam yaitu yang baik dan yang buruk. Suri teladan yang baik itu ada pada diri Rasulullah karena orang yang menjadikannya sebagai suri teladan sungguh dia telah menempuh jalan yang akan menyampaikannya kepada kemuliaan yang ada di sisi Allah. Itulah jalan yang lurus.

Adapun menjadikan selain Rasulullah apabila orang tersebut menyelisihi beliau, maka itu adalah suri teladan yang jelek seperti ucapan orang musyrik ketika diseru untuk menjadikan Rasulullah sebagai teladan, mereka mengatakan: ‘Sesungguhnya kami telah menemukan bapak-bapak kami berada di atas satu ajaran dan kami di atas agama mereka mengikut.’ Suri teladan yang baik ini akan ditempuh dan akan didapatkan taufiq atasnya oleh orang-orang yang mengharapkan perjumpaan dengan Allah dan kebahagiaan di hari akhir....”

Salah satu bentuk keteladanan Rasulullah adalah berhias dengan akhlak yang mulia. Allah Subhanahu wa ta’ala telah menyanjung beliau dengan firman-Nya: “Sungguh dalam dirimu terdapat perangai yang agung.”
 
Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda:
“Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya.” (Riwayat Tirmidzi dan Abu Dawud)

Beliau Shalallahu ‘alaihi wa salam juga bersabda:
“Sesungguhnya orang yang paling aku cintai dan paling dekat tempat duduknya kepadaku kelak dihari kiamat ialah yang paling bagus akhlaknya.” (Riwayat Tirmidzi)

Diantara bentuk akhlak yang baik yang harus dimiliki oleh seorang figur teladan adalah dia harus berhias dengan sifat penuh kasih sayang, kelemahlembutan, penyabar, keramahan, tawadhu’ (rendah diri) dan bertutur kata yang halus. 

Seorang suami dituntut untuk memiliki sifat kasih sayang, lemah lembut dan penuh dengan kesabaran dalam membimbing istri dan anak-anaknya. Demikian pula bagi seorang istri, dia lebih lagi untuk dituntut agar memiliki sifat ini dalam menghadapi suaminya dan dalam membimbing anak-anaknya, karena ia adalah sekolah pertama bagi anak-anaknya dan dia adalah orang yang paling dekat dengan anak-anaknya.

Dari tangan seorang ibulah kepribadian anak akan lebih banyak terbentuk. Ketika ibu mengasuhnya, maka sang anak akan selalu memperhatikan apa-apa yang dilakukan oleh ibunya. Dari sinilah setiap contoh yang telah diberikan oleh sang ibu akan terekam kuat dalam memori sang anak, yang nantinya akan diimplikasikan dalam kehidupannya setelah beranjak dewasa.

Seorang istri memiliki peran yang sangat besar dalam menjaga kehormatan serta kemuliaan suami dan keluarganya. Dia akan menjadi tempat untuk berbagi dan mencurahkan kasih sayang dari seorang suami. Seorang istri bukan hanya berfungsi sebagai teman dekat, atau teman ketika dibutuhkan saja. Akan tetapi seorang istri diharapkan bisa menjadi belahan jiwa yang memiliki peranan penting dalam kehidupan seorang laki-laki. Seorang istri diharapkan bisa mengingatkan ketika suaminya lalai. Seorang istri juga diharapkan bisa menjadi pelita yang menyinari dan membimbing suaminya ketika mengalami kegundahan dan kegelisahan.

Ketentraman dan keharmonisan sebuah rumah tangga Insya Allah akan tercipta, jika masing-masing anggotanya senantiasa berusaha untuk menghiasi diri-diri mereka dengan akhlak yang mulia.

Pertanyaannya. Sudahkah kita berhias dengannya?
Wallahul musta’an


Sumber : http://mediagema.multiply.com/journal/item/55

0 komentar:

Posting Komentar