Tipuan Klasik

Jumat, 10 Desember 2010
                                                         بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ

Dulu ada seorang pedagang sukses. Barang dagangannya laris manis, para pembeli dan pelanggan antre berjubel ingin membeli barang dagangannya. Ia pun jadi orang kaya raya di kotanya. Orang-orang pun terpesona dengan kesuksesannya. Seolah dunia jadi miliknya kala itu, namun Allah berkehendak lain. Musibah dan ujian mendera keluarganya, istrinya sakit keras, hartanya pun mulai habis sedikit demi sedikit untuk mengobati istrinya. Dangangannya yang dulu sangat laris, berangsur tak diminati oleh para pembeli. Istrinya meninggal karena sakit berat, dan harta bendanya pun habis tiada tersisa. Kini ia hidup pas-pasan tiada lagi berharta seperti dulu kala.

Ada lagi seorang yang dulu tak hanya kaya raya, bahkan ia termasuk pejabat ternama di kotanya. Anak buahnya banyak, jabatannya tinggi dan seluruh perintahnya harus dituruti oleh anak buahnya. Malangnya, ia menjadi sangat arogan dengan kekayaan dan jabatan yang ia miliki. Hingga akhirnya, selesai sudah masa akhir jabatannya. Orang-orang yang dulunya ditindas dan takut pada kesewenang-wenangannya kini mulai memperkarakannya. Dia yang dulu pejabat, kini disikapi laksana penjahat.

Masih banyak contoh kasus serupa dengan kejadian diatas. Bahkan sejak jaman daholoe kala kita kenal nama-nama Qorun, Fir’aun, Haman yang punya kesamaan kasus seperti mereka. Kejadian yang senantiasa berulang sepanjang zaman ini semestinya menjadikan pelajaran bagi kita. Namun sayang, kesalahan-kesalahan serupa masih sering terulang diantara kita saat ini.

Dunia memang selalu memperdaya manusia, kemegahannya selalu menggiurkan setiap orang yang memandangnya. Permisalan dunia telah Allah sebutkan dalam Al Qur’an, “Dan berilah perumpamaan pada mereka (manusia), kehidupan dunia adalah sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit, maka menjadi subur karenanya tumbuh-tumbuhan di muka bumi, kemudian tumbuh-tumbuhan itu menjadi kering yang diterbangkan oleh angin. Dan adalah Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.” (Al kahfi: 45)

Dunia yang indah dipandang, menyenangkan, melalaikan manusia, dan dianggap tak akan berakhir, ternyata segera hilang dan berlalu. Kesenangan dan keindahannya akan berganti menjadi kesedihan dan kelezatan tak lagi tersisa. Adakah yang lebih baik...?

“Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu serta lebih baik untuk menjadi harapan.”
                                                         (Al Kahfi: 46)

 Dikutip dari el-fata

Sumber : http://mediagema.multiply.com/journal/item/9

0 komentar:

Posting Komentar